Categories
Uncategorized

Buat yang lagi mencari cinta

Ini bermula dari konsultasi KAUP kelompoknya wuri sama seorang dosen, sebut saja namanya Mas Dewa (Untung mas gak jadi mawar. Haha!), di kanlam. Berhubung konstruk kelompok gw dan wuri sama (tapi beda subjek), jadi ya gw nimbrung aja sama kelompoknya wuri yang lagi konsul tentang latar belakang. Yang awalnya ngebahas tentang kenapa guru TK perlu deductive reasoning jadi membelok membahas tentang hal yang gak ada matinya: CINTA.

Wacana dimulai dengan pertanyaan “cinta itu emosi positif atau negatif?”. Ada yang bilang tengah2, antara negatif sama positif. Ada juga yang bilang positif. Tapi akhirnya kami sampai pada kesimpulan bahwa cinta itu memang seharusnya emosi positif. Lalu kata mas dewa, “kalo cinta itu memang emosi positif, harusnya gak ada orang yang patah hati karena cinta”.

*Trus semua bengong…*

Mas Dewa mengambil kertas dan mulai mencoret2 sambil bertanya:

Mas Dewa       : Apa bedanya senang dan sedih, sama bahagia dan menderita? (sambil menuliskan kata “senang”, “sedih”, “bahagia”, dan “menderita” di kertas)

…Gw, wuri, upil, yuli, enno, dan yuris trus mikir…

Gw                   : (tiba2 dapet AHA!) kalo seneng sama sedih itu sesaat mas.. kalo bahagia sama menderita lebih berkepanjangan.

Mas Dewa       : sekarang kita liat. Sebut saja unconditional love (sambil menuliskan UL diatas 4 kata sebelumnya). Cinta itu bisa bikin orang seneng gak? (sambil ngasih garis dari huruf “UL” ke kata “senang”).

Gw dkk            :  Bisa.

Mas Dewa       :  Cinta itu bisa bikin orang sedih gak? (sambil ngasih garis dari huruf “UL” ke kata “sedih”).

Gw dkk            : Bisa juga.

Mas Dewa       : Bisa bikin orang bahagia gak? (sambil ngasih garis dari kata “senang” ke kata “bahagia”).

Gw dkk            :  Bisa lah…

Mas Dewa       :  Bisa nikin orang menderita?

…siiinnggg… krik krik krik…

Gw dkk            : Hmmm… bisa.

Mas Dewa       :  Harusnya nggak.

Gw dkk            :  Kok gitu mas?

Mas Dewa       : Loh… kan unconditional love. Tanpa syarat. Jadi harusnya bagaimanapun, cinta itu akan membuat kita bahagia (sambil ngasih garis dari kata “sedih” ke kata “bahagia”).

Kira2 corat-coretnya mas dewa kaya gini 😉

OMG! Tiba2 merasa tertohok. I know how it feels like!!!

Gw                   :  PAHAM Mas.

…dan yang lain masih terbengong-bengong gak ngerti…

Wuri                 : Maksudnya mas?

…lalu mulailah mas Dewa menjelaskan panjang lebar…

Unconditional love itu cinta tanpa syarat. Mau seperti apapun keadaannya, baik atau buruk, yang kita rasakan adalah “bahagia”. Makanya… kalau konsepnya seperti ini, gak akan ada orang patah hati karena cinta.

Orang Indonesia itu… kebanyakan masih menganut yang namanya “pengorbanan”, dimana dalam pengorbanan itu ada yang namanya INVESTASI yang nantinya diharapkan akan menghasilkan RETURN. Saat RETURN yang diterima ternyata LEBIH KECIL dari INVESTASI, individu akan merasakan yang namanya RUGI. Rugi inilah yang nantinya akan menghasilkan penderitaan.

Sedangkan… Kalo memang cinta, gak akan ada yang namanya penderitaan! Yang ada cuma bahagia. Kenapa bahagia? Karena dalam cinta, seharusnya gak ada yang namanya konsep PENGORBANAN. Yang ada yaitu konsep “memberi”, yaitu dimana seseorang memberi sesuatu yang berlebih dari dirinya pada orang lain. Saat orang memberi, tidak ada yang disebut INVESTASI dan tidak ada harapan akan adanya RETURN. Karena tidak adanya hal yang namanya INVESTASI dan tidak adanya harapan akan adanya RETURN maka tidak akan ada juga yang namanya RUGI. Dan inilah yang akhirnya akan membuat orang bahagia seperti apapun keadaannya (dalam analogi diatas, orang akan bahagia seperti apapun return yang diterima).

Wuri sempat menginterupsi, “Trus mas, emangnya kita gak boleh ya mengharapkan seseorang cinta sama kita kaya kita cinta sama dia?”. Hmm… mau bagaimanapun, harapan itu pasti ada. Itulah kenapa cinta juga bisa bikin kita sakit. Kalo kata mas dewa, “Love is suffer-free, but it’s not pain-free”. *Ya ampun! Cepetan deh mas dewa jadi dosen cinta aja! Hahaha!*

…dan yang lain masih bengong gak ngerti sama konsep ini. Cuma gw doang nampaknya yang MENGANGGUK keras karena SANGAT PAHAM…

Mas Dewa       : Yah… saya juga mengalami proses sampai bisa merumuskan ini.

Enno                : Aduh mas… abstrak banget. Bisa kasih contoh konkret gak di kehidupan sehari2??

Gw                   :  Nampaknya memang mesti ngerasain sendiri dulu No… baru bisa bener2 ngerti.

Fheewww. Akhirnya gw tau kalo namanya “Unconditional Love”. Rasa yang “kaya gitu”… ternyata seperti ini penjabarannya. Jadi inget, sebelum jelasin ini mas Dewa jelasin soal penalaran anak TK yang lebih banyak melakukan penalaran deduktif daripada induktif. Misal: guru menggambarkan beberapa buah segitiga yang serupa di papan tulis trus bertanya, “persamaan dari gambar2 ini apa anak2??”. Anak2 TK itu gak akan jawab “segitiga”!!! gimana mereka mau jawab segitiga lah wong konsep segitiga aja belum ada di otak mereka. Paling mereka cuma bisa bilang, “ada lancip2nya 3” dan itupun kalau mereka udah ngerti kata “tiga”. Mungkin gw sama kaya anak2 TK waktu itu… gw cuma bisa cerita “duh… gw sakit sih… tapi gw seneng! Gw gak tau ini emosi namanya apa… gw gak tau perasaan ini namanya apa”. Respon-respon yang ada cuma, “Aneh banget sih lo, wid. Masa iya sakit tapi seneng!”. Atau yang lebih ekstrim lagi “Astaga wid. Gw gak sealtruis lo. Gak kebayang sama gw gimana rasanya.”. Saat itu gw cuma bisa jawab, “Suatu hari lo pasti ngerasain yang kaya ini.” Trus temen gw itu bilang lagi, “Gw gak tau ya, wid. Gw gak yakin gw akan bisa setulus itu. Tapi wid, gw janji, kalo sampe suatu hari gw ngerasain hal yang lo ceritain sekarang, lo akan jadi orang pertama yang gw kasih tau.” (duh! Gw masih inget banget nih setting ceritanya di bakwan halim… hehehe… siapa hayo yang merasaa…).

Supaya memperjelas aja: ini post gw yang mungkin bisa menggambarkan apa yang gw rasain waktu itu:

now i know it’s called unconditional love. thx mas Dewa 🙂

Back to topic: CINTA.

Pembicaraan terus berlanjut… trus gimana nih kalo mau nyari calon suami/istri?? Haruskah kita nunggu sampe kita menemukan orang yang kita cintai tanpa syarat?? Lagi-lagi, orang Indonesia itu kebanyakan pola pikirnya masih seperti ini:

CINTA AJA GAK CUKUP.

Dan ini diamini oleh beberapa orang dari kami.

Biasanya, orangtua mengingatkan anaknya untuk melihat calon suami yang memiliki BIBIT, BEBET, dan BOBOT yang baik. Kenapa gitu? Karena asumsinya, kalo bibit bebet bobotnya baik, materi yang ada juga mencukupi, maka kita akan terurus. Kalo kita terurus, otomatis kita akan merasa senang dan bahagia.

Bibit bebet bobot OKE –> materi OKE –> terurus –> senang –> bahagia

Jadi, kalo kaya gini awalnya, ada pasangan yang nikah, setelah nikah sering ribut trus akhirnya cerai ya GAK ANEH. Kenapa gak aneh? Lah wong yang diliat kan bibit, bebet, bobot. Kalo kata mas Dewa, bibit bebet bobot kan mengacu pada aspek sosiologis dan antropoligis, TAPI bukan psikologis. Jadi yang diliat bibit bebet bobot ya gimana keturunannya, materi yang dipunya bla bla bla… bukan kecocokan komunikasi, misalnya. Jadi kalo kita ngeliat dari bibit bebet bobot aja ya gak baik akhirnya… gimana kita bisa tau psikologisnya kalo yang diliat cuma bibit bebet bobot.

Analoginya: bibit bebet bobot itu cuma valid dalam mengukur konstruk sosiologis dan antropoligis, TAPI gak valid dalam mengukur konstruk psikologis. Gimana bisa ngukur perceptual speed pake deductive reasoning!! Gak mungkin kan…

Hmmm… lagian ya, kalo kita emang cuma mikirin bibit bebet bobot, apa kabar sama CINTA? Hahahaha… emang sih temen2, di jaman kaya gini kita harus realistis. Masa iya sih mau bangun keluarga gak punya duit. Gak mungkin juga kan… mau dikasih makan apa nanti anak2?! *jiaahh… gaya!*

Jadi intinya: bibit bebet bobot dan cinta itu harus SEIMBANG.

Insight: Love will find you if you try! Hahahaha… gak nyambung.

  1. Unconditional love itu bukan semata-mata menemukan orang yang kita cintai tanpa syarat, tapi bagaimana kita menerapkan konsep “memberi” dan bukan “pengorbanan” pada orang-orang yang kita sayang.
  2. Kalo nyari calon suami/istri, jangan cuma diliat bibit bebet bobotnya aja… liat juga dari aspek psikologisnya. Mudah2an langgeng terus 🙂

So, selamat mencari cinta ya semuaaaaaa 🙂

©dhya

Categories
Uncategorized

Lagu ini astaga banget

Jaggie (Jimmy) Gets High

by. Daniel Powter (dengan editan dikit dari gw untuk kepentingan post ini)

Jaggie you know, everybody hates you when you’re living off rock ‘n roll
So you get high tonight
And Jaggie you lied, I wonder if you ever get yourself back here alive
So you get high tonight

So Jaggie gets high tonight

And Jaggie gets high tonight


I must confess, I’m a real live wire
Jaggie you and me we get along a while
Jaggie gets high tonight

Jaggie you lied, I’m hoping that soon maybe life it don’t pass you by
So Jaggie gets high tonight
And Jaggie you know, everybody hates you when you’re living off your rock ‘n roll
So you get high tonight

‘Cause you don’t need nobody to make it on your own
You don’t need nobody you’d rather be alone
So Jaggie gets high tonight
And Jaggie gets high tonight
I must confess, I’m a real live wire
Jaggie you and me we get along a while
Jaggie gets high tonight

I’ve been so confused
And I just hope it all gets banned to you
So Jaggie gets high tonight

I must confess, I’m a real live wire
Jaggie you and me we get along a while
So Jaggie gets high tonight

And I hope it will be allright
Jaggie gets high tonight
And I hope it will be allright

Jaggie you know, everybody hates you when you’re living off your rock ‘n roll

———————————————————————————————

hey, kamu!

take care of yourself ya… life will be OK. Trust me 🙂

©dhya